Mengulik Misteri Suku Blemmyes, Manusia Tanpa Kepala Berikut Tradisi Suku Himalaya Sebelum Menikah Berhubungan dengan 20 Pria Katanya Biar  Cepat Hamil

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)-  Di antara beragam suku dan bangsa yang tersebar di benua Afrika, terdapat sebuah suku yang misterius dan menarik perhatian sejak zaman kuno yang dikenal dengan nama Suku Blemmyes. Mereka adalah salah satu suku yang telah menghuni wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara pada masa lalu. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah dan kehidupan Suku Blemmyes yang menarik ini.

Suku Blemmyes adalah suku nomaden yang hidup pada zaman Romawi dan Kerajaan Kush. Mereka memiliki ciri fisik yang unik dan mengejutkan, yaitu mereka dikatakan tidak memiliki kepala seperti manusia biasa, tetapi wajah dan mata terletak di dada mereka. Legenda ini telah menciptakan ketertarikan dan kebingungan di kalangan sejarawan dan ahli arkeologi selama berabad-abad.

Informasi tentang Suku Blemmyes sangat terbatas, dan sebagian besar pengetahuan kita didasarkan pada catatan-catatan penulis kuno. Mereka diyakini berasal dari wilayah yang sekarang disebut Sudan, Mesir, dan Libya. Suku Blemmyes adalah suku yang kuat dan terorganisir dengan baik. Mereka terkenal karena kemahiran bertempur dan sering terlibat dalam konflik dengan kekaisaran Romawi dan Kerajaan Kush.

Perjalanan Suku Blemmyes seringkali merupakan serangkaian migrasi dan perampasan. Mereka dikenal sebagai suku yang sangat mobile dan sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Wilayah yang sering mereka kunjungi termasuk Gurun Sahara dan dataran tinggi Nubia. Mereka mengandalkan kuda dan unta sebagai kendaraan penting dalam perjalanan mereka.

Budaya Suku Blemmyes memiliki karakteristik yang khas. Mereka adalah suku yang menghormati keberanian dan kemampuan bertempur. Kehidupan mereka sangat terkait dengan kegiatan militer dan pertahanan. Suku Blemmyes juga dikenal sebagai pemburu yang ulung dan mengandalkan sumber daya alam untuk kelangsungan hidup mereka.

Meskipun memiliki reputasi sebagai suku yang suka berperang, Suku Blemmyes juga terlibat dalam perdagangan dengan kerajaan-kerajaan tetangga mereka. Mereka dikenal sebagai pengendara unta yang terampil dan sering melakukan perjalanan jauh untuk menjual barang dagangan mereka seperti gading gajah, rempah-rempah, dan budak.

Seiring berjalannya waktu, pengaruh Suku Blemmyes mulai menghilang. Mereka secara bertahap terintegrasi dengan budaya dan kekuasaan yang lebih besar di wilayah itu. Pengaruh mereka pada akhirnya menurun dan keberadaan mereka menjadi semakin samar. Catatan-catatan sejarah tentang Suku Blemmyes mulai berkurang pada abad ke-6 dan setelah itu mereka lenyap dari catatan sejarah.

Namun, meskipun Suku Blemmyes telah menghilang dari catatan sejarah, kehadiran mereka masih hidup dalam legenda dan cerita rakyat. Beberapa cerita mengenai suku ini masih diceritakan oleh suku-suku terdekat yang tinggal di daerah yang dulunya menjadi tempat tinggal Suku Blemmyes. Legenda tentang kepala mereka yang terletak di dada terus menjadi misteri dan membuat imajinasi manusia terus terpanggil.

Penemuan arkeologi yang terkait dengan Suku Blemmyes juga telah memberikan beberapa petunjuk tentang kehidupan mereka. Situs-situs bersejarah di daerah seperti Sudan dan Mesir mengungkapkan bukti keberadaan Suku Blemmyes. Artefak seperti senjata, peralatan, dan kerajinan tangan telah ditemukan, memberikan wawasan tentang kehidupan dan budaya mereka.

Meskipun banyak yang masih menjadi misteri, penelitian dan eksplorasi lebih lanjut terus dilakukan untuk mengungkap lebih banyak informasi tentang Suku Blemmyes. Melalui analisis arkeologi, studi antropologi, dan penelitian sumber-sumber sejarah, para ahli berharap dapat memahami dengan lebih baik kehidupan dan warisan budaya suku yang menarik ini.

Suku Blemmyes merupakan contoh yang menarik dari keragaman budaya di Afrika kuno. Mereka memainkan peran penting dalam sejarah dan interaksi antara berbagai kerajaan dan suku di wilayah tersebut. Meskipun telah lama menghilang, kehadiran mereka dalam legenda dan warisan budaya tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah Afrika.

Dalam menggali lebih dalam tentang suku-suku kuno seperti Suku Blemmyes, kita dapat memperkaya pemahaman kita tentang peradaban masa lalu dan melihat betapa kompleksnya kehidupan manusia di masa lalu. Kajian tentang Suku Blemmyes menunjukkan bahwa sejarah tidak selalu terbatas pada catatan tertulis, tetapi juga melibatkan legenda, cerita rakyat, dan warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.

 

Suku Blemmyes tetap menjadi misteri yang menarik hingga saat ini, dan penelitian lebih lanjut akan terus mengungkap lapisan-lapisan yang tersembunyi dari sejarah mereka. Dalam menjaga warisan budaya ini, kita juga dapat menghormati keberagaman manusia yang telah ada sejak zaman kuno dan memahami betapa pentingnya mempelajari dan menghargai peradaban masa lalu.

Manusia Tanpa Kepala

Dikutip dari radarmukomuko.com , sulit dibayangkan ada sekelompok manusia di masa lalu hidup tana memiliki kepala. Apakah ini hanya sekedar mitos belaka atau cerita legenda benar-benar ada, tentu sulit dipahami.

Namun begitulah manusia legenda tentang ceriita Suku Blemmyes, yaitu sebuah suku di Afrika yang menghuni Libya dan Ethiopia.

Spesies dari makhluk mitos manusia tanpa kepala dirumorkan, pada zaman kuno dan masa berikutnya, mendiami wilayah-wilayah terpencil di dunia.

Mereka lebih dikenal sebagai akephaloi "orang tanpa kepala" atau Blemmyes dan dideskripsikan memiliki ciri-ciri tanpa kepala dengan penampilan wajah di dada mereka.

 

Makhluk tersebut mula-mula dideskripsikan sebagai penghuni perairan Nil (Aethiopia). Tradisi berikutnya menyebut habitat mereka berada pada pulau di Sungai Brison atau mengalihkannya ke India.

Dilansir dari dailysia.com, suku ini memang disebut sebagai salah satu spesies yang aneh dan misterius sejak zaman dahulu.

Istilah Blemmyes diambil dari bahasa Ibrani, yang berarti manusia-manusia tanpa otak. Jadi Suku ini sebenarnya secara harfiah bukan berarti tidak berkepala.

Cerita tentang manusia tanpa kepala pertama kali muncul sekitar 2.500 tahun lalu di dalam karya dari Yunani yang berjudul The Histories yang dibuat sejarawan Herodotus.

Herodotus menyebut bahwa tempat tinggal manusia tanpa kepala adalah di Libya bagian barat yang berupa hutan berbukit dan penuh satwa liar.

Tapi sebutan Blemmyes baru tercatat pada karya dari Yunani yang lain, enam abad kemudian yaitu The Geography yang ditulis oleh Strabo, seorang ahli geografi. Selain di Libya, kemunculannya juga disebutkan ada di tempat lain.

Menurut Pliny dalam Natural History Suku Blemmyes juga pernah disebutkan di Sungai Nil sampai ke Laut Merah.

Kisah tentang suku misterius tanpa kepala juga sempat memasuki Abad Pertengahan dengan beberapa adaptasi di dalamnya.

Dalam tulisan The Travels of Sir John Mandeville oleh John Mandeville yang terbit pada abad ke-14, Suku Blemmyes dikisahkan sebagai perampok yang terkutuk, tidak punya kepala, dan matanya ada di pundak.

John Mandeville menyebut bahwa tempat asal suku ini juga bukan berasal dari benua Afrika, tapi benua Asia. Bahkan ada versi yang lebih jauh lagi, yaitu pada abad 16-17 M.

Berbeda dengan Herodotus, Pliny, dan John Mandeville, menurut klaim Raleigh, makhluk yang tidak berkepala mirip Suku Blemmyes tinggal di daerah Guiana, Amerika Selatan.

Di zaman sekarang, sedikit sekali yang percaya bahwa makhluk aneh seperti Suku Blemmyes benar-benar ada. Lebih banyak yang menganggapnya mitos atau takhayul.

Catatan di masa lalu pun dianggap sebagai bagian dari daya cipta manusia yang selalu mewariskan cerita. 

Meskipun faktanya tidak mudah dipercaya, tapi masih ada yang berusaha menjelaskan. Bahwa Suku ini terbiasa mengangkat bahu dengan ketinggian ekstrem sampai kepalanya tidak terlihat. Konon anatomi tubuhnya sengaja dikondisikan sedemikian rupa saat masih bayi.

 

Tentu saja masih ada teori lain yang masuk akal bahwa Suku Blemmyes yang terlihat tanpa kepala sebenarnya merupakan manusia yang memakai pakaian tradisional khas gurun Afrika, lengkap dengan hiasan yang menyembunyikan kepala mereka.*

Cara Suku Himalaya Agar Cepat Hamil

Seperti diberitakan sebelumnya, Suku Himayala juga dinamakan suku orang tibet, memiliki tradisi yang aneh, wanita suku ini harus berhubungan dulu dengan 20 pria sebelum melakukan pernikahan.

Dilansir dari berbagai sumber, wanita suku ini harus berhubungan dulu dengan 20 pria sebelum melakukan pernikahan.

Cara ini dilakukan karena diyakini perempuan yang melakukan hubungan intim sebelum menikah akan mendapat keturunan lebih cepat.

Tujuan utama para pria di suku Tibet ini ketika menikah adalah untuk mempertahankan ras hingga kesucian atau kepolosan seorang gadis nampaknya tak lagi menjadi masalah.

Selain itu melakukan hubungan dengan banyak pria untuk mendapatkan pengalaman di dalam kamar. 

Mereka juga mempercayai bahwa tidak baik bagi seorang pria untuk menikahi gadis yang masih perawan.

Juga dikatakan, menikah dengan gadis masih perawan akan membawa nasib buruk bagi keluarganya. 

Setelah melakukan hubungan intim biasanya perempuan akan meminta suatu benda sebagai tanda yang diberikan kepada ketua adat bahwa mereka telah melakukan hal tersebut.

Baru setelah seorang perempuan selesai melakukan hubungan dengan banyak lelaki mereka dikatakan layak untuk dinikahi.

Seorang laki-laki di suku Himalaya akan menikah dengan perempuan yang dipilihkan oleh orang tua mereka. 

Gadis yang telah dipilih untuk dinikahkan tidak boleh menolak meskipun ia tidak menyukai lelaki tersebut.

Penolakan di suku ini merupakan hal yang tabu oleh karena itu perempuan harus menurut dan mengangguk ketika hendak dinikahkan meski bukan dengan orang yang dicintai.

Diketahui Suku Himalaya ini adalah suku yang mendiami wilayah kaki Pegunungan Hilamaya. Pegunungan Himalaya sendiri tersebar di lima negara yakni India, Bhutan, China, Pakistan, dan Nepal. 

Nama Pegunungan Himalaya tentu tidak asing lagi di telinga banyak orang. Hal ini karena Pegunungan Himalaya merupakan pegunungan tertinggi di dunia yang terletak di Asia.***